Monthly Archives: Maret 2007

Cape` de…

taxes2.GIF

Hampir lima bulan ini aku blajar semua hal tentang pajak (except : tax planning).  Aturan-aturan pajak yang banyaknya amit-amit…. Belum lagi aturan2 itu bisa diacak-acak `seenak udelnya` oleh Dirjen pajak atau menteri keuangan. Bulan ini bilang kalo tarif jasa X%, eeeehh.. 3 bulan lagi tiba2 kluar yang namanya Surat Edaran lah, Peraturan Pemerintah lah, ato apa lah yang menyebutkan tarif jasa Y%. nah.. gila banget kan!!!???

Sekarang lebih parah lagi.. aturan yang ada di Ketentuan Umum Perpajakan dan bukan termasuk grey area pun dilanggar!!! Apa coba? Itu tuh, aturan tentang aturan jatuh tempo pelaporan SPT Tahunan. Jelas – jelas di KUP disebutkan bahwa apabila batas akhir pelaporan SPT jatuh pada hari libur (bukan hari kerja), maka batas akhirnya jatuh di hari kerja sebelum hari libur tersebut. Sekarang? Di televisi malah sedang disosialisasikan kalo pelaporan SPT paling lambat tanggal 2 April 2007. coba deh, liat tanggalan anda masing – masing. Batas akhir pelaporan SPT Tahunan seharusnya tanggal 31 Maret 2007, dan tanggal tersebut jatuh pada hari sabtu yang bukan hari kerja. Semestinya batas akhir pelaporan SPT Tahunan jadi tanggal 30 Maret 2007, BUKAN tanggal 2 April 2007. Dan keputusan itu kalo ndak salah sih cuman berdasarkan Surat Edaran.Itu cuman salah satu hal yang bikin aku agak2 `ilfil` untuk mendalami pajak lebih lanjut. Kesan pertama blajar pajak… begitu menyenangkan ^_^, dan cukup mempengaruhi biar taat pajak. Tapi setelah blajar-blajar lagi… bisa dibilang pajak itu cuman cari untung aja. Emang sih pada dasarnya pajak itu untuk membiayai hidup negeri kita tercinta ^o^. Prakteknya? Hohohoho… tanyakan saja langsung pada sang fiskus pajak. Yang aku, entah kadang-kadang ato selalu dalam sebuah pemeriksaan pajak di suatu badan usaha. Si pemeriksa ini ditarget oleh atasannya untuk mendapatkan kesalahan badan usaha yang diperiksa. Jadi ketika ternyata si pemeriksa pajak tidak menemukan kesalahan yang `material`, maka si pemeriksa akan mencari – cari (mengada – ada) kesalahan yang sebenernya ndak penting banget, ato dengan kata lain memanfaatkan grey area itu tadi.Mungkin karena itu, banyak pihak yang antipati sama yang namanya pajak. Entah sampe kapan yang namanya pajak itu bakal selalu gitu ato malah lebih parah. Emang sih, mungkin ndak semua pemeriksa pajak seperti itu, tapi yah… inilah realita yang ada. Semoga aja, ntar-ntar bisa berubah menjadi lebih baik, lebih jujur, lebih konsisten

2 Komentar

Filed under iseng-iseng

Resiko PPN Keluaran

12.jpgPPN keluaran
kan pajak yang harus ditanggung oleh pembeli atas penyerahan suatu barang atau jasa, lantas resikonya apa?
Nah itu dia, dalam suatu transaksi jual-beli tentu ada pajak masukan bagi si pembeli & pajak keluaran bagi penjual. Resikonya adalah ketika transaksi tersebut dilakukan secara kredit, dimana pembeli dapat membayar belanjaannya dikemudian hari. Emang wajar sih kalo penjualan dilakukan secara kredit, mungkin sekarang kalo bisa semua transaksi bayarnya boleh menyusul ^_^. Tapi ya gitu, transaksi kredit sangat erat kaitannya dengan kegagalan si customer untuk membayar utangnya. Nah dari ketidakmampuan si customer untuk membayar, timbullah berbagai kerugian bagi pihak penjual.Berdasarkan prinsip accrual basis, PPN sudah terutang sepanjang barang telah diserahkan oleh penjual meskipun belum dilakukan pembayaran oleh pembeli. Sedangkan sesuai prinsip cash basis, PPN terutang pada saat diterimanya pembayaran. Dan yang perlu diingat, saat terutangnya PPN tergantung mana yang lebih dulu terjadi antara diterbitkannya faktur pajak dengan pembayaran. Faktur pajak itu sendiri harus dibuat paling lambat akhir bukan berikutnya setelah bulan terjadinya penyerahan barang / jasa kena pajak (kalo pembayaran dilakukan setelah akhir bulan berikutnya). Selain itu ada aturan lagi yang menyatakan bahwa faktur pajak harus dibuat pada saat penerimaan pembayaran (kalo pembayaran dilakukan sebelum akhir bulan berikutnya).Yang jadi masalah adalah ketika pembayaran dilakukan setelah akhir bulan berikutnya setelah bulan transaksi. Karena customer belum melakukan pembayaran atas transaksi tersebut, maka penjual lah yang harus me’nalangi PPNnya terlebih dahulu. Kalo si penjual nekad bikin faktur pajak saat customer melakukan pembayaran, padahal pembayaran baru dilakukan setelah akhir bulan berikutnya, maka si penjual dapat dikenai sangsi denda sebesar 2% dari dasar pengenaan pajak (kalo hal ini diketahui pemeriksa pajak).Masalah yang lebih besar terjadi ketika customer bener2 gak mampu melunasi utangnya. Bagi penjual, tindakan yang dilakukan adalah melakukan penghapusan piutang dagangnya. Di akuntansi sih, ndak ada persyaratan yang rumit ketika akan menghapus piutang. Tapi di pajak….
Ada banget!!
Ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar piutang dapat dihapus. Tentang keempat syarat tersebut, ngga aku bahas disini, pokoknya yang jelas piutang dagang tersebut dapat dihapus. Gimana dengan piutang PPNnya?
Dalam ketentuan pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 disebutkan bahwa PKP tidak boleh melakukan penyesuaian terhadap PPN yang telah dilaporkan karena adanya penghapusan piutang dagang. Adanya ketentuan ini pasti sangat merugikan pihak penjual karena sudah terlanjur ‘nalangi’ PPN pembeli dan tidak bisa diminta lagi dari kas negara. Huhuhu… pajak emang kejam!Mungkin yang perlu diingat bahwa PPN adalah pajak atas konsumsi. Sehingga ketika terjadi penghapusan piutang, hal tersebut tidak mengakibatkan konsumsi atas BKP berkurang. Lain lagi kalo terjadi retur barang atau pembatalan kontrak jasa yang masih memungkinkan kedua belah pihak untuk melakukan penyesuaian. Nah kalo gitu, untuk meminimalisir kerugian ini sebaiknya :Perketat term of payment. Penjual sebaiknya menetapkan batas waktu yang lebih pendek dari jangka waktu penerbitan faktur pajak (standar), atau paling tidak sama dengan jangka waktu penerbitan. Hal ini cukup sulit dilakukan mengingat filosofi pembeli adalah raja, apalagi kalo pembeli minta macem2.Maksimalkan jangka waktu penerbitan faktur pajak standar. Jangan cepat2 menerbitkan faktur pajak standar!!!! Buat aja pas di waktu akhir pembuatan faktur pajak ^_^Batalkan transaksi dan minta pembeli melakukan retur. Adanya retur ini akan mengakibatkan berkurangnya PPN keluaran bagi PKP penjual, sehingga PKP penjual juga bisa terhindar dari resiko kerugian akibat bad debt. Di lain pihak, pembeli lah yang akan keberatan karena adanya retur akan mengurangi pajak masukannya.

2 Komentar

Filed under Pajak